berisi posting-posting yang "tidak penting", semua isi didalamnya hanyalah fiktif belaka, bila terjadi kesamaan nama atau lokasi... itu hanyalah suatu kebetulan belaka.. atau mungkin perasaan saja....

Thursday, January 25, 2007

Perlawanan Sastra Taufiq Ismail di IPB [sebuah wacana]

Tulisan di bawah ini sangat menarik untuk direnungkan..... tak heran dari Anggota DPR sampai anak ingusan pun sudah tak punya malu.. bahkan di dunia per-goblogan pun (meminjam istilah Benx) sudah menjadi sarana Gerakan Syahwat Merdeka

Perlawanan Sastra Taufiq Ismail di IPBJan 9, '07 8:19 AMHari ini, Taufiq Ismail berbicara dihadapan dosen-dosen IPB. Makalah yang beliaubaca sama dengan pidato Taman Ismail Marzuki yaitu : 'Budaya Malu dikikisGerakan Syahwat Merdeka'. Di penghujung pidatonya tadi, beliau mengusapairmatanya, sedih melihat kondisi yang terjadi.Saya lampirkan tulisan beliau yang dahsyat menyentak kita semua:Budidaya Malu Dikikis Habis Gerakan Syahwat Merdeka Pidato Kebudayaan Taufiq Ismail============ ========= ========= ========= ========= ========= ==
Sederetan gelombang besar menggebu-gebu menyerbu pantai Indonesia, naik kedaratan, masuk ke pedalaman. Gelombang demi gelombang ini datang susun-bersusundengan suatu keteraturan, mulai 1998 ketika reformasi meruntuhkan represi 39tahun gabungan zaman Demokrasi Terpimpin dan Demokrasi Pembangunan, dan membukalebar pintu dan jendela Indonesia. Hawa ruangan yang sumpek dalam dua zaman ituberganti dengan kesegaran baru.Tapi tidak terlalu lama, kini digantikan angin yang semakin kencang dan arusmenderu-deru.Kebebasan berbicara, berpendapat, dan mengeritik, berdiri-menjamurnyapartai-partai politik baru, keleluasaan berdemonstrasi, ditiadakannya SIUPP(izin penerbitan pers), dilepaskannya tahanan politik, diselenggarakannyapemilihan umum bebas dan langsung, dan seterusnya, dinikmati belum sampaisewindu, tapi sementara itu silih berganti beruntun-runtunbelum terpecahkan krisis yang tak habis-habis. Tagihan rekening reformasi ternyata mahal sekali.Bahana yang datang terlambat dari benua-benua lain itu menumbuh dan menyuburkankelompok permissif dan addiktif negeri kita, yang sejak 1998 naik daun. Arusbesar yang menderu-deru menyerbu kepulauan kita adalah gelombang sebuah gerakansyahwat merdeka. Gerakan tak bersosok organisasi resmi ini tidak berdirisendiri, tapi bekerjasama bahu-membahu melalui jaringan mendunia, dengankapital raksasa mendanainya, ideologigabungan yang melandasinya, dan banyak media massa cetak dan elektronik jadipengeras suaranya.Siapakah komponen gerakan syahwat merdeka ini?PERTAMA adalah praktisi sehari-hari kehidupan pribadi dan kelompok dalamperilaku seks bebas hetero dan homo, terang-terangan dan sembunyi-sembunyi.Sebagian berjelas-jelas anti kehidupan berkeluarga normal, sebagian lebihbesar, tak mau menampakkan diri.KEDUA, penerbit majalah dan tabloid mesum, yang telah menikmati tiada perlunyaSIUPP. Mereka menjual wajah dan kulit perempuan muda, lalu menawarkan jasahubungan kelamin pada pembaca pria dan wanita lewat nomor telepon genggam,serta mengiklankan berbagai alat kelamin tiruan (kue pancong berkumis danlemper berbaterai) dan boneka karet perempuan yangbisa dibawa bobok bekerjasama.KETIGA, produser, penulis skrip dan pengiklan acara televisi syahwat.Seks siswa dengan guru, ayah dengan anak, siswa dengan siswa, siswa dengan priaparuh baya, siswa dengan pekerja seks komersial ---- ditayangkan pada jam primetime, kalau pemainnya terkenal. Remaja berseragam OSIS memang menjadi sasaransegmen pasar penting tahun-tahun ini. Beberapa guru SMA menyampaikan keluhanpada saya. "Citra kami guru-guru SMA disinetron adalah citra guru tidak cerdas, kurang pergaulan dan memalukan."Mari kita ingat ekstensifnya pengaruh tayangan layar kaca ini. Setiap tayangantelevisi, rata-rata 170.000.000 yang memirsa. Seratus tujuh puluh jutapemirsanya.KEEMPAT, 4,200,000 (empat koma dua juta) situs porno dunia, 100,000 (seratusribu) situs porno Indonesia di internet. Dengan empat kali klik di komputer,anatomi tubuh perempuan dan laki-laki, sekaligus fisiologinya, dapat diaksestanpa biaya, sama mudahnya dilakukan baik dari San Francisco, Timbuktu,Rotterdam mau pun Klaten.Pornografi gratis di internet luarbiasa besar jumlahnya. Seorangsosiolog Amerika Serikat mengumpamakan serbuan kecabulan itu di negaranyabagaikan "gelombang tsunami setinggi 30 meter, dan kami melawannya dengan duatelapak tangan."Di Singapura, Malaysia, Korea Selatan situs porno diblokir pemerintah untukterutama melindungi anak-anak dan remaja. Pemerintah kita tidak melakukan halyang sama.KELIMA, penulis, penerbit dan propagandis buku syahwat ¼ sastra dan ½ sastra.Di Malaysia, penulis yang mencabul-cabulkan karyanya penulis pria. DiIndonesia, penulis yang asyik dengan wilayah selangkang dan sekitarnyamayoritas penulis perempuan. Ada kritikus sastra Malaysia berkata: "Wah, pakTaufiq, pengarang wanita Indonesia berani-berani. Kok mereka tidak malu, ya?"Memang begitulah, RASA MALU ITU YANG SUDAH TERKIKIS, bukan saja padapenulis-penulis perempuan aliran s.m.s. (sastra mazhab selangkang) itu, bahkanlebih-lebih lagi pada banyak bagian dari bangsa.KEENAM, penerbit dan pengedar komik cabul. Komik yang kebanyakan terbitan Jepangdengan teks dialog diterjemahkan ke bahasa kita itu tampak dari kulit luarbiasa-biasa saja, tapi di dalamnya banyak gambar hubungan badannya, misalnya(bukan main) antara siswa dengan Bu Guru. Harganya Rp 2.000. Sebagiankomik-komik itu tidak semata lucah saja, tapi ada pula kadar ideologinya.Ideologinya adalah anjuran perlawanan pada otoritas orangtua dan guru, yangbanyak aturan ini-itu, termasuk terhadap seks bebas. Dalam salah satu komik itusaya baca kecaman yang paling sengit adalah pada Menteri Pendidikan Jepang.Tentu saja dalam teks terjemahan berubah, yang dikecam jadinya MenteriPendidikan Nasional kita.KETUJUH, produsen, pengganda, pembajak, pengecer dan penonton VCD/DVD biru.Indonesia kini jadi sorga besar pornografi paling murah di dunia, diukur darikwantitas dan harganya. Angka resmi produksi dan bajakan tidak saya ketahui,tapi literatur menyebut antara 2 juta Â- 20 juta keping setahun. Harga yangdulu Rp 30.000 sekeping, kini turun menjadi Rp3.000, bahkan lebih murah lagi. Dengan biaya 3 batang rokok kretek yang diisap15 menit, orang bisa menonton sekeping VCD/DVD biru dengan pelaku kulit putihdalam 6 posisi selama 60 menit. Luarbiasa murah. Anak SD kita bisa membelinyatanpa risi tanpa larangan peraturan pemerintah.Seorang peneliti mengabarkan bahwa di Jakarta Pusat ada murid-murid laki-lakiyang kumpul dua sore seminggu di rumah salah seorang dari mereka, lalumenayangkan VCD-DVD porno. Sesudah selesai mereka onani bersama-sama. Siswasekolah apa, dan kelas berapa? Siswa SD, kelas lima. Tak diceritakan apa eksesselanjutnya.KEDELAPAN, fabrikan dan konsumen alkohol. Minuman keras dari berbagai merekdengan mudah bisa diperoleh di pasaran. Kemasan botol kecil diproduksi, mudahmasuk kantong celana, harga murah, dijual di kios tukang rokok di depansekolah, remaja dengan bebas bisa membelinya. Di Amerika dan Eropa batas umurlarangan di bawah 18 tahun. Negeri kita pasar besar minuman keras, jualannyasampai ke desa-desa.KESEMBILAN, produsen, pengedar dan pengguna narkoba. Tingkat keterlibatanIndonesia bukan pada pengedar dan pengguna saja, bahkan kini sampai padaderajat produsen dunia. Enam juta anak muda Indonesia terperangkap sebagaipengguna, ratusan ribu menjadi korbannya.KESEPULUH, fabrikan, pengiklan dan pengisap nikotin. Korban racun nikotin 57.000orang / tahun, maknanya setiap hari 156 orang mati, atau setiap 9 menit seorangpecandu rokok meninggal dunia. Pemasukan pajak 15 trilyun (1996), tapi ongkospengobatan berbagai penyakit akibatnya 30 trilyun rupiah.Mengapa alkohol, narkoba dan nikotin termasuk dalam kategorikontributor arus syahwat merdeka ini? Karena sifat addiktifnya, kecanduannya,yang sangat mirip, begitu pula proses pembentukan ketiga addiksi tersebut dalamsusunan syaraf pusat manusia. Dalam masyarakat permissif, interaksi antara seksdengan alkohol, narkoba dan nikotin, akrab sekali, sukardipisahkan. Interaksi ini kemudian dilengkapi dengan tindakkriminalitas berikutnya, seperti pemerasan, perampokan sampai pembunuhan. Setiaphari berita semacam ini dapat dibaca di koran-koran.KESEBELAS, pengiklan perempuan dan laki-laki panggilan. Dalammasyarakat permissif, iklan semacam ini menjadi jembatan komunikasi yangdiperlukan.KEDUABELAS, germo dan pelanggan prostitusi. Apabila hubungan syahwatsuka-sama-suka yang gratis tidak tersedia, hubungan dalam bentuk perjanjianbayaran merupakan jalan keluarnya. Dalam hal ini prostitusi berfungsi.KETIGABELAS, dokter dan dukun praktisi aborsi. Akibat tujuh unsur pertama diatas, kasus perkosaan dan kehamilan di luar pernikahan meningkat drastis.Setiap hari dapat kita baca kasus siswa SMP/SMA memperkosa anak SD, satu-satuatau rame-rame, ketika papi-mami tak ada di rumah dan pembantu pergi ke pasarberbelanja. Setiap ditanyakan apa sebab dia/mereka memperkosa, selalu dijawab'karena terangsang sesudah menonton VCD/DVD biru dan ingin mencobakannya. 'Praktisi aborsi gelap menjadi tempat pelarian, bila kehamilan terjadi.Seorang peneliti dari sebuah universitas di Jakarta menyebutkan bahwa angkaaborsi di Indonesia 2,2 juta setahunnya. Maknanya setiap 15 detik seorang calonbayi di suatu tempat di negeri kita meninggal akibat dari salah satu ataugabungan ketujuh faktor di atas. Inilah produk akhirnya. Luar biasa destruksisosial yang diakibatkannya.Dalam gemuruh gelombang gerakan syahwat merdeka ini, pornografi dan pornoaksimenjadi bintang panggungnya, melalui gemuruh kontroversi pro-kontra RUU APP.Karena satu-dua-atau beberapa kekurangan dalam RUU itu, yang total kontramenolaknya, tanpa sadar terbawa dalam gelombang gerakan syahwat merdeka ini.Tetapi bisa juga dengan sadar memang mau terbawa di dalamnya.Salah satu kekurangan RUU itu, yang perlu ditambah-sempurnakan adalahperlindungan bagi anak-cucu kita, jumlahnya 60 juta, terhadap kekerasanpornografi. Dalam hiruk pikuk di sekitar RUU ini, terlupakan betapa dalam usiasekecil itu 80% anak-anak 9-12 tahun terpapar pornografi, situs porno diinternet naik lebih sepuluh kali lipat, lalu 40% anak-anak kita yang lebihdewasa sudah melakukan hubungan seks pra-nikah. Sementaraanak-anak di Amerika Serikat dilindungi oleh 6 Undang-undang, anak-anak kitabelum, karena undang-undangnya belum ada. KUHP yang ada tidak melindungi merekakarena kunonya. Gelombang Syahwat Merdeka yang menolak total RUU ini berartimenolak melindungi anak-cucu kita sendiri.Gerakan tak bernama tak bersosok organisasi ini terkoordinasibahu-membahu menumpang gelombang masa reformasi mendestruksi moralitas dantatanan sosial. Ideologinya neo-liberalisme, pandangannya materialistik,disokong kapitalisme jagat raya.Menguji Rasa Malu Diri SendiriSeorang pengarang muda meminta pendapat saya tentang cerita pendeknya yangdimuat di sebuah media. Dia berkata, "Kalau cerpen saya itu dianggappornografis, wah, sedihlah saya." Saya waktu itu belum sempat membacanya. Tapisaya kirimkan padanya pendapat saya mengenai pornografi.Begini. Misalkan saya menulis sebuah cerpen. Saya akan mentes, menguji karyasaya itu lewat dua tahap. Pertama, bila tokoh-tokoh di dalam karya saya itusaya ganti dengan ayah, ibu, mertua, isteri, anak, kakak atau adik saya; lalukedua, karya itu saya bacakan di depan ayah, ibu, mertua, isteri, anak, kakak,adik, siswa di kelas sekolah, anggota pengajian masjid, jamaah gereja;kemudian saya tidak merasa malu, tiada dipermalukan, tak canggung, tak risi,tak muak dan tidak jijik karenanya, maka karya saya itu bukan karya pornografi.Tapi kalau ketika saya membacakannya di depan orang-orang itu saya merasa malu,dipermalukan, tak patut, tak pantas, canggung, risi, muak dan jijik, maka karyasaya itu pornografis.Hal ini berlaku pula bila karya itu bukan karya saya, ketika sayamenilai karya orang lain. Sebaliknya dipakai tolok ukur yang sama juga, yaitubila orang lain menilai karya saya. Setiap pembaca bisa melakukan tes tersebutdengan cara yang serupa.Pendekatan saya adalah pengujian rasa malu itu. Rasa malu itu yang kini lunturdalam warna tekstil kehidupan bangsa kita, dalam terlalu banyak hal.Sebuah majalah mesum dunia dengan selaput artistik, Playboy, menumpang taufanreformasi dan gelombang liberalisme akhirnya terbit juga di Indonesia. Majalahini diam-diam jadi tempat pelatihan awal onani pembaca Amerika, dan kini,beberapa puluh tahun kemudian, dikalahkan internet, sehingga jadilah publikpembaca Playboy dan publik langganan situs porno internet Amerika masturbatorterbesar di dunia. Majalah pabrik pengerukkeuntungan dari kulit tubuh perempuan ini, mencoba menjajakan bentuk eksploitasikaum Hawa di negeri kita yang pangsa pasarnya luarbiasa besar ini. Bila merekaberhasil, maka bakal berderet antri masuk lagi majalah anti-tekstil di tubuhperempuan dan fundamentalis- syahwat-merdeka seperti Penthouse, Hustler,Celebrity Skin, Cheri, Swank, Velvet, Cherry Pop, XXX Teens dan seterusnya.Untuk mengukur sendiri rasa malu penerbit dan redaktur PlayboyIndonesia, saya sarankan kepada mereka melakukan sebuah percobaan, yaitumengganti model 4/5 telanjang majalah itu dengan ibu kandung, ibu mertua,kakak, adik, isteri dan anak perempuan mereka sendiri. Saran ini belum berlakusekarang, tapi kelak suatu hari ketika Playboy Indonesia keluar perilakuaslinya dalam masalah ketelanjangan model yang dipotret.Sekarang mereka masih malu-malu kucing. Sesudah dibuat dalam edisi dummy,promosikan foto-foto itu itu di 10 saluran televisi dan 25 suratkabar.Bagaimana? Berani? Malu atau tidak?Pendekatan lain yang dapat dipakai juga adalah menduga-memperkirakan-mengingatakibat yang mungkin terjadi sesudah orang membaca karya pornografis itu.Sesudah seseorang membaca, katakan cerpen yang memberi sugesti secarasamar-samar terjadinya hubungan kelamin, apalagi kalau denganjelas mendeskripsikan adegannya, apakah dengan kata-kata indah yang dianggapsastrawi atau kalimat-kalimat brutal, maka pembaca akan terangsang.Sesudah terangsang yang paling penakut akan onani dan yang paling nekat akanmemperkosa. Memperkosa perempuan dewasa tidak mudah, karena itu anak kecil jadisasaran. Perkosaan banyak terjadi terhadap anak-anak kecil masih bau susu bubukbelum haid yang di rumah sendirian karena papi-mami pergi kerja, pembantu pergike pasar, jam 9-10 pagi.Anak-anak tanggung pemerkosa itu, ketika diinterogasi dan ditanya kenapa,umumnya bilang karena sesudah menonton VCD porno mereka terangsang inginmencoba sendiri. Merayu orang dewasa takut, mendekati perempuan-bayaran tidakada uang. Kalau diteliti lebih jauh kasus yang sangat banyak ini (peneliti yangrajin akan bisa mendapat S-3 lewat tumpukan guntingan koran), mungkin saja anakitu juga pernah membaca cerita pendek,puisi, novel atau komik cabul. Akibat selanjutnya, merebak-meluaslah aborsi,prostitusi, penularan penyakit kelamin gonorrhoea, syphilis, HIV-AIDS, yangmeruyak di kota-kotabesar Indonesia berbarengan dengan akibat penggunaan alkohol dan narkoba yangtak kalah destruktifnya.Akibat Sosial Ini Tak Pernah Difikirkan PenulisSemua rangkaian musibah sosial ini tidak pernah difikirkan oleh penuliscerpen-puisi- novelis erotis yang umumnya asyik berdandan dengan dirinyasendiri, mabuk posisi selebriti, ke sana disanjung ke sini dipuji, tidak pernahbersedia merenungkan akibat yang mungkin ditimbulkan oleh tulisannya. Sejumlahcerpen dan novel pasca reformasi sudah dikatakan orang mendekati VCD/DVD pornotertulis. Maukah mereka membayangkan, bahwasesudah sebuah cerpen atau novel dengan rangsangan syahwat terbit, maka beberaparatus atau ribu pembaca yang terangsang itu akan mencontoh melakukan apa yangdisebutkan dalam alinea-alinea di atas tadi, dengan segala rentetan kemungkinanyang bisa terjadi selanjutnya?Destruksi sosial yang dilakukan penulis cerpen-novel syahwat itu,beradik-kakak dengan destruksi yang dilakukan produsen-pengedar- pembajak-pengecer VCD/DVD porno, beredar (diperkirakan) sebanyak 20 juta keping, yangtelah meruyak di masyarakat kita, masyarakat konsumen pornografi terbesar dantermurah di dunia. Dulu harganya Rp 30.000 sekeping, kiniRp 3.000, sama murahnya dengan 3 batang rokok kretek. Mengisap rokok kretek 15menit sama biayanya dengan memiliki dan menonton sekeping VCD/DVD syahwatsepanjang 6o menit itu. Bersama dengan produsen alkohol,narkoba dan nikotin, mereka tidak sadar telah menjadi unsur penting pengukuhanmasyarakat permissif-addiktif serba-boleh- apa-saja- genjot, yang denganbersemangat melabrak apa yang mereka anggap tabu selama ini, berpartisipasimeluluh-lantakkan moralitas anak bangsa.Perzinaan yang Hakekatnya Pencurian adalah Ciri Sastra Selangkang Akhirnyasesudah mendapatkan korannya, saya membaca cerpen karya penulis yang disebut diatas. Dalam segi teknik penulisan, cerpen itu lancar dibaca. Dalam segi isisederhana saja, dan secara klise sering ditulis pengarang Indonesia yangpertama kali pergi ke luar negeri, yaitu pertemuan seorang laki-laki di negeriasing dengan perempuan asing negeri itu. Kedua-duanya kesepian. Si laki-lakiIndonesia lupa isteri di kampung. Di akhir cerita mereka berpelukan danberciuman. Begitu saja.Dalam interaksi yang kelihatan iseng itu, cerpenis tidak menyatakan sikap yangjelas terhadap hubungan kedua orang itu. Akan ke mana hubungan itu berlanjut,juga tak eksplisit. Apakah akan sampai pada hubungan pernikahan atau perzinaan,kabur adanya.Perzinaan adalah sebuah pencurian. Yang melakukan zina, mencuri hak orang lain,yaitu hak penggunaan alat kelamin orang lain itu secara tidak sah. Pezinamelakukan intervensi terhadap ruang privat alat kelamin yang dizinai. Dia takpunya hak untuk itu. Yang dizinai bersekongkol dengan yang melakukan penetrasi,dia juga tak punya hak mengizinkannya.Pemerkosa adalah perampok penggunaan alat kelamin orang yang diperkosa.Penggunaan alat kelamin seseorang diatur dalam lembaga pernikahan yang suciadanya.Para pengarang yang terang-terangan tidak setuju pada lembagapernikahan, dan/atau melakukan hubungan kelamin semaunya, yang tokoh-tokoh dalamkaryanya diberi peran syahwat merdeka, adalah rombongan pencuri bersuluh sinarrembulan dan matahari. Mereka maling tersamar. Mereka celakanya, tidak merasajadi maling, karena (herannya) ada propagandis sastra menghadiahi merekaglorifikasi, dan penerbit menyediakan gratifikasi.Propagandis dan penerbit sastra semacam ini, dalam istilah kriminologi,berkomplot dengan maling.Hal ini berlaku bukan saja untuk karya (yang dianggap) sastra, tapijuga untuk bacaan turisme, rujukan tempat hiburan malam, dan direktori semacamitu. Buku petunjuk yang begitu langsung tak langsung menunjukkan cara berzina,lengkap dengan nama dan alamat tempat berkumpulnya alat-alat kelamin yang dapatdicuri haknya dengan cara membayar tunai atau dengan kartu kredit gesekan.Sastra selangkang adalah sastra yang asyik dengan berbagai masalah wilayahselangkang dan sekitarnya. Kalau di Malaysia pengarang-pengarang yangmencabul-cabulkan karya kebanyakan pria, maka di Indonesia pengarang sastraselangkang mayoritas perempuan.Beberapa di antaranya mungkin memang nymphomania atau gila syahwat, hingga adakritikus sastra sampai hati menyebutnya "vagina yang haus sperma". Mestinya inisudah menjadi kasus psikiatri yang baik disigi, tentang kemungkinannya jadiepidemi, dan harus dikasihani.Bila dua abad yang lalu sejumlah perempuan Aceh, Jawa dan Sulawesi Selatan naiktakhta sebagai penguasa tertinggi kerajaan, Sultanah atau Ratu dengankenegarawanan dan reputasi terpuji, maka di abad 21 ini sejumlah perempuanIndonesia mencari dan memburu tepuk tangan kelompok permissif dan addiktifsebagai penulis sastra selangkang, yang aromanya jauh dari wangi, menyiarkanbau amis-bacin kelamin tersendiri, yang bagi merekaparfum sehari-hari.Dengan Ringan Nama Tuhan DipermainkanDi tahun 1971-1972, ketika saya jadi penyair tamu di Iowa WritingProgram, Universitas Iowa, di benua itu sedang heboh-hebohnya gelombang gerakanperempuan. Kini, 34-an tahun kemudian, arus riaknya sampai ke Indonesia . Kaumfeminis Amerika waktu itu sedang gencar-gencarnya mengumumkan pembebasan kaumperempuan, terutama liberasi kopulasi, kebebasan berkelamin, di koran, majalah,buku dan televisi.Menyaksikan penampilan para maling hak penggunaan alat kelamin orang lain itu dilayar kaca, yang cengengesan dan mringas-mringis seperti Gloria Steinem dansemacamnya, banyak orang mual dan jijik karenanya. Mereka tidak peduli terhadapepidemi penyakit kelamin HIV-AIDS yang meruyak menyebar seantero Amerika Serikatwaktu itu, menimpa baik oranglaki-laki maupun perempuan, hetero dan homoseksual, akibat kebebasan yang bablasitu.Di setasiun kereta api bawah tanah New York, seorang laki-laki korban HIV-AIDSmenadahkan topi mengemis. Belum pernah saya melihat kerangka manusia berbalutkulit tanpa daging dan lemak sekurus dia itu. Sinar matanya kosong, suaranyaparau.Kematian banyak anggota kelompok ini, terutama di kalangan seniman di tahun1970-an, tulis seorang esais, bagaikan kematian di medan perang Vietnam. Sebuahorkestra simfoni di New York, anggota-anggotanya bergiliran mati saban minggukarena kejangkitan HIV-AIDS dan narkoba, akibat kebebasan bablas itu. Parapembebas kaum perempuan itu tak acuh pada bencana menimpa bangsa karena asyikmendandani penampilan selebriti diri sendiri. Saya sangat heran. Sungguhmemuakkan.Kalimat bersayap mereka adalah, "This is my body. I'll do whatever I like withmy body." "Ini tubuhku. Aku akan lakukan apa saja yang aku suka dengan tubuhkuini." Congkaknya luar biasa, seolah-olah tubuh mereka itu ciptaan merekasendiri, padahal tubuh itu pinjaman kredit mencicil dari Tuhan, cuma satutingkat di atas sepeda motor Jepang dan Cina yang diobral di iklan koran-koran.Mereka tak ada urusan dengan Maha Produser Tubuh itu. Penganjur masyarakatpermissif di mana pun juga, tidak suka Tuhan dilibatkan dalam urusan. Percumabicara tentang moral dengan mereka. Dengan ringan nama Tuhan dipermainkan dalamkarya. Situasi kita kini merupakan riak-riak gelombang dari jauh itu, dari abad20 ke awal abad 21 ini, advokatornya dengansemangat dan stamina mirip anak-anak remaja bertopi beisbol yang selalu menirumembeo apa saja yang berasal dari Amerika Utara itu.PenutupCiri kolektif seluruh komponen Gerakan Syahwat Merdeka ini adalah budaya maluyang telah kikis nyaris habis dari susunan syaraf pusat dan rohani mereka, dantak adanya lagi penghormatan terhadap hak penggunaan kelamin orang lain yangdisabet-dicopet- dikorupsi dengan entengnya. Tanpa memiliki hak penggunaankelamin orang lain, maka sesungguhnya GerakanSyahwat Merdeka adalah maling dan garong genitalia, berserikat dengan alkohol,nikotin dan narkoba, menjadi perantara kejahatan, mencecerkan HIV-AIDS,prostitusi dan aborsi, bersuluh bulan dan matahari.***
IPB, 9 Januari 2007.